Dengan
demikian, program-program pengembangan organisasi melaksanakan
strategi-strategi perubahan normatif-reedukatif dan empiris-rasional, bukan
suatu strategi kekuasaan-paksaan, menggunakan kerangka Robert Chin dan Kenneth
Benne. Strategi perubahan normatif-reedukatif pada norma-norma dan
kepercayaan-kepercayaan, biasanya melalui pendidikan dan pendidikan ulang.[1]
Selama
ini kajian-kajian tentang perubahan dalam organisasi lebih banyak berada pada
tataran rasional. Menurut Bennis dan Chin berpandangan bahwa individu akan
mudah menerima prubahan
Strategi Pembaruan Manajemen Pendidikan
Dalam
melakukan pembaruan manajemen pendidikan ada Model perubahan organisasi sebagai
wujud pengembangan organisasi yang dapat menjadi referensi dalam pengembangan
lembaga pendidikan islam sebaimana yang dikemukakan oleh Chin & Bennis
(1985) menunjukkan tiga strategi yang digunakan dalam melakukan perubahan
organisasi , yaitu :
1. Strategi
edukatif/empiris-rational.
2. Strategi
normative-persuasif.
3. Strategi power-coercives
Sekolah harus menjadi sumber yang inovatif, mengalami
metamorfosis menuju pembaruan secara terus menerus, sekaligus dipimpin oleh
pimpinan yang inovatif pula. Ada strategi yang khusus diterapkan, menurut
Bennis, Bene & Chin (1974) mengemukan beberapa strategi perubahan yang
inovatif, yaitu:
1.
Rational –Empirical Strategy
Suatu inovasi harus dibuktikan secara rasional empiric yang
dilahirkan melalui penelitian.
2.
Normal-Reeducative Strategy
Strategi melalui proses inovasi manajemen sekolah adalah
pendidikan (education) dan pelatihan (training) bagi pihak-pihak
yang berkepentingan langsung atau tidak langsung menurut satuan waktu tertentu.
3.
Power – Coercive Strategy
Pola kerja manajemen pendidikan dapat diatur seragam secara
nasional, menjadikan sekolah menjadi mental ketergantungan dan memanjakan
masyarakat yang berkepentingan dengan sekolah. Kaitanny dengan hal teserbut Kurt
Almosk (1972) juga telah menidentifikasikan tujuh strategi yang dapat dipakai
oleh agen perubahan (kelebihan dan kekurangannya), yaitu:
1.
Fellowship Strategy yaitu
model strategi yang mengedepankan interaksi sosial, dapat ,menghindari konflik
, suasana santai dan serius.
2.
Political strategy suatu pendekatan
yang dilakukan dalam dunia politik.
3.
Economic strategy berkaitan
dengan masalah keuangan yang selalu makin menurun yang tercermin dalam
penganggran.
4.
Academic strategy mencoba
pengelolaan yang mempengaruhi guru secara rasional, membatu perubahan ketika
demonstrasi, mengetahui keadaan siswa dan sumber imformasi lain dapat digunakan
untuk membahasa persoalan bersama.
5.
Engineering Strategy, dengan
dasar pemikiran penasehat dapat menciptakan perubahan lingkungan, orang-orang
yang mengikutinya.
6.
Militery strategy yaitu
strategi yang mengandalkan kepada kemampuan perorangan atau lainnya, dapat
digunakan dalam keadaan kerusakan organisasi.
7.
Confrontation strategy, yaitu
berperan sebagai pengelola pada kondisi tin
Nilai-nilai
pengembangan organisasi itu sesuai dengan segi positif kekuasaan, tetapi tidak
sesuai dengan segi negatif kekuasaan. Nilai-nilai seperti kepercayaan,
keterbukaan, kerjasama, martabat perseorangan, dan peningkatan kemampuan
perseorangan dan organisasi merupakan bagian dari dasar pengembangan
organisasi.
Peranan
para praktisi pengembangan organisasi adalah sebagai fasilitator, katalisator,
pemecah masalah, dan pendidik. Praktisi pengembangan organisasi itu bukan
seorang aktivis politis atau seorang perantara kekuasaan.
Singkatnya, pengembangan organisasi menunjukkan
suatu pendekatan dan metode untuk memungkinkan anggota-anggota organisasi
berjalan di luar segi negatif kekuasaan dan politik. Ini merupakan suatu
kekuatan pengembangan organisasi yang besar, dan ini berasal dari strategi perubahan
yang digunakan, teknologi pengembangan organisasi, dan nilai-nilai serta
peranan-peranan dari para praktisi pengembangan organisasi.
Pengembangan organisasi lembaga pendidikan termasuk didalamnya lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan secara bertahap dan efektif. Bagaimanakah menurut Kurt Lewin tentang pengembangan organisasi? Dan bagaimana pula sumbangan teori perubahan yang bersifat linear, universal, dan multilinear?
Pengembangan organisasi lembaga pendidikan termasuk didalamnya lembaga pendidikan Islam dapat dilakukan secara bertahap dan efektif. Bagaimanakah menurut Kurt Lewin tentang pengembangan organisasi? Dan bagaimana pula sumbangan teori perubahan yang bersifat linear, universal, dan multilinear?
Dalam pengembangan organisasi lembaga pendidikan Kurt
Lewin Menawarkan Model sangat populer yaitu unfreeze-change-refreeze.
Model Lewin ini juga banyak menginspirasi model manajemen yang
dikembangkan kemudian. Kurt Lewin mengajukan teori tiga tahap perubahan dan
sering disebut sebagai pencairan (unfreeze), perubahan (change) dan pembekuan
kembali (freeze or refreeze). Meski teori tersebut sering
dikritik karena dianggap terlalu sederhana, namun model Kurt Lewin masih sangat
relevan dan banyak model perubahan lebih modern lainnya masih mendasari
pandangan-pandangannya pada model Kurt Lewin.
Tahap 1: Pencairan (unfreezing)
Tahap unfreezing merupakan tahap yang paling penting
dalam memahami model perubahan hingga saat ini. Tahap ini membahas
tentang persiapan untuk berubah. Atau suatu kesadaran dan pemahaman bahwa
perubahan mulai diperlukan, serta bersiap-siap untuk mulai menjauh dari zona
kenyamanan yang ada saat ini. Tahap pertama ini sering disebut sebagai tahap
persiapan diri baik secara individual maupun tim kerja, sebelum suatu perubahan
dilakukan, atau menciptakan situasi yang kondusif bagi terjadinya suatu
perubahan. Semakin kita merasa bahwa suatu perubahan mendesak diperlukan, maka
kita akan semakin termotivasi untuk secepatnya membuat perubahan. Lambat
atau cepatnya proses pencairan menuju perubahan ini akan bergantung pada
sejauhmana perimbangan kekuatan antara orang yang ‘pro’ dan ‘kontra’ dengan ide
perubahan. Oleh karena itu Kurt Lewin mengembangkan teori tentang analisis
medan kekuatan (force field analysis). Dalam hal ini bahwa banyak faktor
kekuatan yang berbeda-beda baik yang menentang maupun yang mendukung perubahan
yang perlu dianalisis. Jika faktor dukungan untuk melakukan perubahan ternyata
lebih besar ketimbang faktor yang menentang, maka kita dapat mulai membuat
suatu perubahan. Sebaliknya, jika ide suatu perubahan ternyata banyak menemui
tantangan, maka mungkin suatu perubahan dapat dilokalisir di suatu unit atau
departemen organisasi tertentu yang lebih siap menerima suatu perubahan. Dengan
demikian Force Field Analysis sangat berguna dalam memahami
dinamika perilaku proses perubahan dan akan memberikan masukan tentang
bagaimana suatu perubahan dapat dilakukan dengan baik.
Tahap 2: Perubahan (change) – atau fase transisi
Kurt Lewin menyadari bahwa perubahan bukanlah suatu
sensasi spektakuler sesaat, melainkan sebuah proses yang ia sebut sebagai
proses transisional. Banyak orang yang mengatakan bahwa fase ini merupakan
tahap yang paling sulit karena seringkali orang tidak yakin atau bahkan takut
dengan ketidak pastian dari arah perubahan. Seumpama orang yang melakukan
terjun payung, ketika masih di dalam pesawat mungkin seseorang telah berhasil
membulatkan keberanian untuk melakukan penerjunan, dan sudah meyakini
manfaatnya. Namun ketika sejenak dalam detik-detik yang menegangkan tiba
saatnya giliran kita untuk melompat, yaitu pada saat berada di bibir pintu dan
pandangan kita diarahkan kebawah, maka rasa ketakutan dan was-was bisa
menyerang kita kembali. Tetapi ketika akhirnya kita melakukan lompatan, pada
gilirannya kita banyak belajar tentang diri kita sendiri. Tentu saja hal ini
bukanlah fase yang mudah, karena seseorang butuh waktu untuk belajar dan
memahami perubahan serta bekerjasama dengan orang lain dalam menempuh suatu perubahan.
Oleh karena itu suatu dukungan sangat dibutuhkan, baik berupa pelatihan,
pembinaan, umpan-balik yang kesemuanya merupakan bagian dari suatu proses.
Menggunakan model simulasi atau role-playing akan menggugah orang untuk
mengembangkan solusi atau resolusi mereka sendiri untuk membantu membuat
perubahan. Begitu juga memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan
dan tetap mengkomunikasikan tentang perubahan akan sangat bermanfaat bagi
setiap orang, sehingga mereka tidak melupakan arah perubahan yang
dituju.
Tahap 3: Pembekuan ( freezing or refreezing)
Sebagaimana tersirat dalam pengertian freezing
atau refreezing maka tahap ini adalah tentang membangun stabilitas kembali
setelah perubahan dibuat. Demikian pula halnya bahwa perubahan yang telah
terjadi mulai diterima sebagai norma baru. Demikian pula selanjutnya setiap
orang akan membentuk hubungan baru dan menjadi nyaman dengan rutinitas mereka,
yang kesemuanya berjalan dalam waktu. Namun dalam dunia saat ini, perubahan
baru berikutnya bisa terjadi dalam beberapa minggu atau kurang, sehingga adanya
fase pembekuan mulai menuai kritik, mengingat tidak adanya cukup waktu untuk
memulihkan keadaan pada kondisi rutinitas yang nyaman. Sehingga adanya tahap
pembekuan dianggap tidak sesuai dengan pemikiran modern tentang adanya
perubahan yang terus menerus, dan kadang-kadang terjadi dalam proses yang
kacau sehingga fleksibilitas yang besar sangat dituntut. Dengan kata lain,
pemikiran populer saat ini mulai mempertanyakan tentang konsep pembekuan.
Sebaliknya, kita harus berpikir dan menyikapi tahap akhir ini secara lebih
fleksibel, seperti kita memikirkan adonan “milkshake” atau es krim yang lembut
dengan rasa favorit saat ini, bukan lagi berfikir tentang es balok yang beku
dan kaku. Dengan pola pikir yang fleksibel ini akan lebih memudahkan kita dalam
melakukan langkah ‘unfreezing’ berikutnya. Namun demikian jauh hari Kurt Lewin
telah menulis, bahwa sebuah perubahan menuju tingkat yang lebih tinggi
seringkali berumur pendek, dan biasanya kinerja tim kerja akan segera kembali
ke tingkat sebelumnya.
Kurt Lewin juga mengingatkan bahwa perubahan
yang dilakukan perlu diperkuat, guna memastikan bahwa perubahan yang diinginkan
dapat diterima dan dipertahankan di masa depan. Kurt Lewin pun berpendapat agar
pembekuan yang dilakukan dapat mendukung perubahan lebih lanjut dan perlu
dipastikan bahwa perubahan tersebut tidak menguap begitu saja. Model
ADKAR adalah model yang lebih modern tentang perubahan yang secara
eksplisit menganjurkan tentang langkah penguatan sebagai salah satu fase
yang perlu dilakukan. Disamping itu suatu pembekuan perlu dikunci sebagai
langkah terakhir. Selama ini kita selalu berfikir, bahwa bicara mengenai
perubahan merupakan sebuah perjalanan yang memiliki awal, tengah, dan akhir.
Namun ada baiknya sekarang kita berpikir dan menerima kenyataan bahwa
perjalanan tersebut tidak memiliki akhir. Perlu beristirahat dan berhenti
sejenak masih dimungkinkan! Namun perlu disadari bahwa saat ini kita tengah
menempuh suatu perjalanan perubahan yang tiada akhir. Karenanya
perlu berhati-hati dalam berpikir seolah proses perubahan memiliki akhir
yang pasti, dan nampaknya model manajemen perubahan dari Kurt Lewin seolah-olah
menyarankan hal demikian.[3]
Namun, model Kurt Lewin tetap berguna
dalam membingkai suatu proses perubahan yang lebih mudah dimengerti. Tentu saja
setiap tahap dapat diperluas untuk membantu pemahaman yang lebih baik tentang
proses perubahan. Memahami konsep unfreezing sekaligus menguasai
analisis medan kekuatan, tentunya akan menambah wawasan dan membantu kita agar
lebih memahami tentang bagaimana kita berurusan dengan suatu perubahan.
Dalam mengembangkan organisasi lembaga
pendidikan islam, sebaiknya terlebih dahulu kita memahami jenis dan model-model
perubahan, agar dalam melakukan proses perubahan memiliki pijakan dan landasan
teori yang jelas.
Jenis –jenis perubahan
1.
Perubahan Lambat
(Evolusi)
Perubahan lambat (Evolusi) ini memiliki Ciri-ciri sebagai berikut:
a)
Memerlukan waktu lama
b)
Adanya serangkaian perubahan-perubahan kecil yg saling
mengikuti dengan lambat pula
c)
Terjadi dengan sendirinya, tanpa rencana atau kehendak
tertentu
d)
Terjadi secara bertahap dan berkelanjutan
e)
Terjadi karena usaha masyarakat menyesuaikan
diri dengan keperluan, keadaan dan kondisi baru yg timbul
Ada beberapa teori
evolusi :
a.
Teori Perubahan
Unilinear (Unilinear
Theories of Evolution)
Teori ini dipelopori
oleh Auguste Comte, Herbert Spence, teori ini mengatakan bahwa Manusia
& Masyarakat ( termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai dengan
tahap-tahapan tertentu. Bentuk Sederhana Bentuk yg Kompleks Bentuk yg Sempurna Suatu variasi dari teori
ini adalah ; Teori Siklus ( Cyclical Theories)
yg dipelopori oleh Vilfredo Pareto, yg berpendapat bahwa
masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yg merupakan
lingkaran, dimana suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang.
Termasuk pendukung teori ini adalah Pitirim A.Sorokin
yg mengemukakan Teori Dinamika Sosial dan Kebudayaan; yg
berpendapat bahwa masyarakat berkembang melalui tahap-tahap yg masing-masing
didasarkan pada suatu sistem kebenaran. Tahap pertama
dasarnya kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah
indra manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
b.
Teori Perubahan
Universal (Universal Theory of evolution)
Teori ini dikemukakan oleh Herbert Spencer,
dia mengatakan bahwa perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui
tahap-tahap tertentu yg tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi yg tertentu. Artinya masyarakat merupakan hasil perkembangan
dari kelompok homogen ke kelompok yg heterogen baik
sifat maupun susunannya. Masyarakat homogen
Masyarakat heterogen
c.
Teori Perubahan
Multilinear (Multilined Theories of Evolution)
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian
terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya;
meneliti pengaruh perubahan sistem mata pencaharian dari
sistem berburu ke pertanian, terhadap sistem,
bentuk dan pola kekeluargaan.[4]
2.
Perubahan Cepat
(Revolusi)
Jenis perubahan
revolusi ini mempunai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Berlangsung dengan (relatif) cepat
b.
Menyangkut dasar-dasar/sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat
c.
Terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa
renc ana
Syarat-syarat terjadi
Revolusi :
1)
Harus ada keinginan umum utk mengadakan suatu perubahan
2)
Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yg
dianggap mampu memimpin masyarakat tsb.
3)
Pemimpin tsb dpt menampung keinginan-keinginan
masyarakat utk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tdk puas tadi
menjadi program dan arah gerakan.
4)
Pemimpin tsb hrs dpt menunjukkan suatu tujuan pada
masyarakat. Artinya tujuan yg sifatnya konkrit dan dpt dilihat oleh masyarakat.
5)
Harus ada Momentum, yaitu saat
ketika segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik utk memulai suatu
gerakan . Apabila “momentum” keliru, maka revolusi dpt gagal.
Bentuk-bentuk
Revolusi :
a.
Revolusi Tanpa Kekerasan; Revolusi yang
berlangsung dengan damai, tanpa diawali dengan suatu pemberontakan/kekerasan.
Misal ; revolusi industri di Inggris, dll.
b.
Revolusi Dengan Kekerasan; Revolusi yg
berlangsung dengan kekerasan, yaitu diawali dengan adanya suatu
pemberontakan /makar/kudeta. Misal; revolusi Indonesia, revolusi Prancis
dll.[5]
[1] http://www.univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/Ekonomika/article/view/327 diakses pada tanggal 20 Februari 2016 Pukul
23.00 wib
[2]
C. D Ino Yuwono, M. G. Bagus Ani
Putra,Faktor Emosi dalam Proses Perubahan Organisasi, Universitas
Airlangga Surabaya, Jurnal INSAN Vol. 7 No. 3, Desember 2005
[3] Wibowo,
Managing Change: Alfabeta
[4]
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/18/faktor-faktor-perubahan-organisasi/, diakses pada Tanggal 21 Februari 2016 Pukul 23.50 Wib
[5]
Supardi, dan Anwar, Syaiful. Dasar-dasar Perilaku
Organisasi. (Jogjakarta: UII Press.2002), hal.154
Casino Review 2021 - Learn to Play at Slots of America
BalasHapusSlots of America's favorite is back 세븐 포커 at CasinoGrounds, where they 해외 토토 배당 will offer all 김해 휴게텔 your favorite 캔 토토 games to players from 토토 사이트 리스트 around the world.